Menyiapkan Spirit Ramadan untuk Meraih Berkah Allah, Sudahkah?

Sore tadi alhamdulillah dapat kesempatan ikut Kajian Sakeena bertema “Spirit Ramadan” bersama Kang Zein Permana. Alhamdulillah, bisa mengambil pelajaran walau hanya secuil karena sejujurnya gak bisa fokus menyimak akibat bocil sedang banyak maunya. 😭

Pas Kang Zein membahas tentang usia kronologis dan umur, saya sempat terhenyak dan beristigfar. Ya Allah, memang kalau manusia hanya mengandalkan amalannya sendiri untuk bekal akhirat niscaya bisa jadi hasil timbangan amalnya minus. Huhuhu.

Kok bisa? Kita bisa menghitungnya secara kasar saja. Misalkan umur kita 20 tahun saja, sejatinya hitungan amal kita tidak sebanyak itu. Amal kita baru benar-benar diperhitungkan saat kita sudah baligh.

Misalnya kita baligh saat umur 15 tahun, jadi tinggal 5 tahun saja yang bisa kita hitung, ya. Namun, apakah 5 tahun itu benar-benar kita gunakan untuk beramal baik sepenuhnya?
Bisa jadi sepertiganya sudah habis untuk tidur kita. Belum lagi waktu kita ke kamar mandi, bersantai, nonton, antre, juga untuk urusan duniawi lainnya. Lalu berapakah waktu yang kita gunakan untuk beramal baik? Dan apakah amal baik kita benar-benar berkualitas dengan sedikit waktu yang tersisa tadi? Astagfirullah.

Itu jika kita sekadar mengandalkan amal baik kita. Lalu bagaimana dengan perhitungan amal buruk kita? Kalau ditimbang dengan amal buruk kita, masih bisakah amal baik kita diandalkan?

Belum lagi tanggung jawab kita jika misalnya sudah berkeluarga. Peran sebagai ayah dan ibu sebagai pembimbing anak-anak tentu merupakan amanah yang diperhitungkan pula. Jika anak-anak kita saleh dan salihah kita patut bersyukur. Akan tetapi, jika sebaliknya yang terjadi maka kita sebagai orang tua pun akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, apakah akhirnya timbangan amal kebaikan kita masih surplus? Atau justru minus? Astaghfirullah.

Nah, begitulah kenyataannya. Jadi jika kita mengandalkan amalan, tentu saja kita tidak akan mampu menggapai jannah. Namun, kita punya Allah SWT Maha Pemurah. Sang Pencipta yang begitu memahami makhluk-Nya. Dia memberikan waktu istimewa bagi kita semua mengumpulkan amal baik, yaitu bulan Ramadan. Bulan di mana Allah memberikan DISKON dan GIVE AWAY besar-besaran bagi mereka yang mau beramal baik. Salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah malam Lailatul Qadar, malam seribu bulan. Barang siapa yang bisa meraih keutamaan Lailatul Qadar maka ia bagaikan beramal selama seribu bulan. Maasyaallah.

Lalu bagaimana kita bisa meraih keutamaan Ramadan? Menurut Kang Zein, salah satu yang perlu dilakukan sebagai ikhtiar menggapai kebaikan Ramadan adalah dengan menikmati proses ibadah Ramadan itu sendiri. Enjoying setiap aktivitas di bulan Ramadan sehingga kita makin dekat kepada Allah SWT. Menentukan target tentu boleh, tetapi beramal hanya untuk sekadar mengejar target tanpa memperhatikan aspek lainnya tentu menjadi kurang baik. Kita fokus mengejar target tilawah khatam sekian kali, tapi mengabaikan tilawah anak-anak. Kita fokus membaca Al-Qur’an sekian lembar, tapi lupa mempelajari maknanya bersama keluarga. Itu bukan spirit.

Menurut Kang Zein, spirit berarti bersama-sama menikmati proses sehingga bisa saling menguatkan satu sama lain. Mungkin seorang ibu dengan banyak anak merasa was-was dengan ibadahnya yang terkadang terasa terburu-buru, seperti tidak khusyuk. Padahal khusyuk di sini bukan berarti tidak terganggu apa pun, tetapi bisa enjoying alias menikmati setiap ibadah. Menikmati setiap prosesnya sehingga bisa mendapatkan berkah dari Allah.

Seorang ibu menikmati proses mendampingi ananda belajar berpuasa, seorang ayah sabar memberikan pemahaman tentang puasa. Seorang anak dengan sabar menikmati proses puasa yang mungkin kurang nyaman dan membuat lelah. Semuanya saling menguatkan satu sama lain. Jika Allah SWT sudah memberkahi insyaallah kita bisa mendapatkan ampunan-Nya. Maasyaallah.

Semoga Allah SWT menyampaikan kita semua pada bulan Ramadan dan memberikan kita kemudahan untuk menggapai berkahnya. Aamiin.

0