“Umi, Allah itu kan Maha Pemberi Rezeki. Tapi, kok ada orang yang miskin?”
Mak deg ditanya anak sulung begini. Tapi, dalam hati bersyukur karena berarti anak lanangku ini mulai berpikir kritis.
Bismillah. Berpikir sejenak sambil melihat buku Aku Kenal Allah yang terpajang di rak buku. Kebetulan materi PAI si Kakak di kelas 2 kemarin ada Asmaul Husna, salah satunya Ar-Razaaq.
“Allah memang Maha Pemberi Rezeki. Semua makhluk diberi rezeki. Namun, Allah juga ingin menguji keimanan hamba-Nya. Apakah kalau diberi rezeki sedikit dia tetap bersyukur? Atau jadi malas salat?”
“Diberi rezeki banyak itu juga bisa jadi ujian, Kak. Punya banyak rezeki apa tetap mau bersedekah? Atau malah uangnya dipakai beli barang-barang mahal?”
“Nah, Allah kan Mahakuasa. Allah Maha Meluaskan dan Maha Menyempitkan. Ada, kan, di buku Akasah? Allah Maha Menyempitkan, yang mengizinkan kita merasakan kesulitan agar kita memaknai kesabaran akan pertolongan-Nya. Allah Maha Meluaskan yang mengizinkan kita merasakan kemudahan agar bisa memaknai kesyukuran.”
Mendengar jawaban itu, si sulung diam. Uminya nyontek buku, sih, ya. Semoga bisa memuaskan hatinya dan membuat ia makin dekat pada-Nya. Aamiin.
“Kalau kita diberikan ujian kesempitan, kita jadi belajar, ooh kalau gak punya uang tapi pengin beli jajan,tuh, begini. Kalau lagi lapar, tuh, begini. Di luar sana banyak orang yang kekurangan dan Allah mau kita ikut merasakan juga rasanya. Kita dilatih berpuasa tuh biar tahu rasanya orang yang lapar karena tidak bisa membeli makanan.”0